Posted in Cerita

Karena Sehat Teramat Nikmat

Hi … sampai juga di tulisan ke-3 dari rangkaian #30haribercerita. Alhamdulilah semangat nulis dan idenya masih ada. Semoga yang masih mau membaca belum bosan ya. Terima kasih sudah mau membaca, kalau ada saran boleh disampaikan. Supaya kedepannya bisa jadi perbaikan. Sebenarnya ngga berharap banyak ada yang membacanya, karena niat nulis ini juga cuma buat menantang diri sendiri bisa kembali bercerita lewat tulisan secara konsisten, perihal isinya menarik atau tidak, bagus atau biasa saja ngga papa yang penting bisa jujur bercerita saja hehehe.

DAY 3-A Memory

Oke, let’s go. Tema dari tantangan menuliks #30haribercerita kali ini tentang MEMORY. Bercerita tentang kenangan, setiap orang pasti menyimpan banyak kenangan baik yang menyenangkan ataupun yang menyedihkan. Entah secara sengaja memang berusaha disimpan atau karena sulit terlupakan jadi tetap terkenang. Cara mengabadikan kenangan juga bermacam-macam, ada yang mengabadikan lewat ingatan, foto dan video, atau mungkin tulisan. Jadi dengan menulis ini aku ingin membantu fungsi otak yang masih terbatas untuk mengadikan kenangan, menyimpan memori supaya jadi abadi.

Tapi beruntunglah kita masih bisa lupa, bayangkan jika semua memori bisa kita simpan dan ingat jelas, pasti akan begitu merepotkan bukan? Jadi kadang lupa -terutama untuk kenangan yang tidak menyenangkan- ada untungnya juga ya.

Karena kebetulan beberapa hari ini aku sedang kurang enak badan, momori yang yang muncul dan terlintas adalah kenangan saat pernah sakit. Sebenarnya bukan sakitnya yang coba untuk diingat tapi tentang bagaimana orang-orang baik yang merawat saat aku sakit. Kenangan tentang bagaimana saat kondisi terlemah yang alhamdulilah tetap dikelilingi orang-orang tersayang yang penuh perhatian.

Sebagai anak yang ngga kuat-kuat amat sejak kecil, aku sudah sering sakit-sakitan. Buku rapor tak pernah kosong di bagian izin sakit. Minimal dalam 1 semester ada laporan izin sakit. Sepertinya mulai sejak kuliah dan merantau aku bisa dibilang lebih kuat, mungkin karena jauh dari keluarga justru dipaksa untuk dikuat-kuatkan ya. Karena hal paling merepotkan adalah saat sakit tapi sendirian.

Mungkin karena sudah terbiasa sakit juga, aku bisa dibilang cukup jago untuk minum obat. Sepertinya segala jenis bentuk obat sudah pernah ku rasakan. Aku juga cukup taat dan tidak bandel kalau sedang sakit, boro-boro mau bandel yang ada cuma pengen segera sembuh karena ya sakit itu ngga enak.

Salah satu peristiwa sakit yang begitu terkenang adalah saat sakit gigi yang mengharuskan gigi tersebut dicabut. Permasalahan tentang gigi dari dulu buatku memang sangat problematik, mulai dari kalau cabut gigi susu harus ke dokter spesialis karena sempat coba ke puskesmas malah mau pingsan karena ketakutan liat peralatan dokternya, sering sakit gigi sampai bikin orang tua berantem, belum lagi permasalahan estetika gigi ini yang sudah kupasrahkan ngga papa punya gigi ngga rapi.

Saat itu inget banget sampai harus bolak-balik berobat ke dokter spesialis yang cukup jauh jaraknya dari rumah. Diantar bapak yang tanpa sedikitpun mengeluh meski selain jauh juga biayanya tidak murah. Rasanya segan untuk bilang bosan minum obat kalau liat perjuangan orang tua buat kesembuhanku. Memang sakitnya cukup parah sudah sampai menyerang ke bagian saraf, jadi meski at the end gigi tersbut harus dicabut tapi rasa sakitnya harus dihilangkan dulu. Pernah ada satu momen yang ngga akan pernah terlupakan, karena saking sakitnya gigiku saat itu, aku sudah benar-benar pasrah sambil hanya bisa menangis. Mama juga sudah pasrah meski tak pernah menyerah, ada satu titik kita berdua saling berpelukan di kamar sambil berujar kalimat syahadat. Saat itu aku bahkan sudah terpikir kalau sampai sudah waktunya akupun pasrah. Mungkin bagi kalian cerita ini berlebihan, tapi entah apa yang terpikirkan saat itu aku cuma bisa pasrah.

Long story short, akhirnya gigi merepotkan itu dicabut juga. Bukan main dramanya, sampai dokternya pun mengakui kalau prosesnya cukup sulit. Alhamdulilah, akhirnya proses pencabutan gigi itu selesai juga. Tapi dramanya masih berlanjut karena setelahnya rasa sakit proses recovery-nya makin menjadi. Lagi, aku mengingat betapa orang tuaku sebegitu perhatian tanpa lelah untuk merawat dan memberi semangat supaya aku lekas sembuh.

Karena kenangan itulah setiap aku mengeluhkan ada permasalahan tentang gigi, pasti mama dan bapak akan sangat khawatir. Mungkin mereka teringat juga tentang kenangan tidak menyenangkan saat aku sakit gigi. Sampai baru-baru ini gigiku kembali menguji kesabaran. Gigi bungsuku berulah, mungkin keberadaanya memang ada untuk menguji kesabaran saja karena pertumbuhannya memang tidak diharapkan. Alhasil, si gigi bungsu itu harus dicabut melalui prosedur operasi kecil. Saat bercerita dan meminta doa dari orang tua, mereka sangat khawatir sampai mama katanya ngga bisa tidur memikirkan bagiamana aku bisa melaluinya karena jauh dari mereka. Bahkan mereka hampir nekat menyusul ke Jakarta untuk menemani.

Syukurlah operasi cabut giginya berjalan lancar, cuma agak drama proses penyembuhan pasca operasinya. Untungnya, meski jauh dari keluarga aku di kelilingi teman-teman baik yang memberi dukungan dan perhatian yang teramat berarti. Banyak doa-doa dipanjatkan untuk kesembuhanku, dukungan dan perhatiaan seperti menanyakan kondisi bahkan ngasih “obat” buat membantu proses recovery. Special mention for you, sebagai si selalu ada dan selalu bisa diandalkan yang membersamai segala proses dari mulai pemeriksaan awal sampai penyembuhan. Terima kasih ya Mas, bukan cuma aku yang terbantu tapi juga orang tuaku setidaknya berkurang rasa khawatirnya karena bantuanmu. Maaf aku begitu merepotkan yaaa.

Dari peristiwa sakit itu, aku jadi punya memori indah tentang betapa besar kebaikan orang-orang yang mereka berikan kepadaku. Terima kasih sebanyak-banyaknya atas segala bantuan untuk si lemah ini. Semoga berbalas pahala banyak-banyak ya buat kalian.

Teruntuk yang sedang sakit, semoga lekas sembuh ya. Semoga segala rasa sakit yang sedang dirasakan bisa jadi penggugur dosa-dosa. Semoga bisa jadi pelajaran supaya lebih sabar. Semoga kita semua senantiasa diberi kesehatan, karena sehat itu teramat nikmat, bukan?

See you di cerita keempat, semoga masih sempat. hehehehe