Posted in Cerita

Who I am?

Tema pertama dari tantangan tulis-menulis -yang sudah ditawarkan seorang teman sejak lama tapi baru sempat terlaksana- tentang ‘Describe Your Personality‘. Lumayan sering nyoba tes-tes kepribadian -karena tuntutan persyaratan suatu kegiatan atau murni penasaran- hasilnya cukup beragam -tergantung tipe tes-nya juga kan-, tapi dari yang banyak itu pasti selalu ada kesamaan. Nah, dari yang sama itu mungkin bisa kuceritakan dalam tulisan pertama -dari rangkaian #30days writing challenge– ini.

Alih-alih cerita tentang ‘personality’ yang jujur saja masih belum sepenuhnya kupahami, aku sederhanakan menjadi penejelasan tentang ‘siapa aku’. Tak mungkin seutuhnya ku ceritakan, karena aku juga masih sering bertanya siapa aku sebenarnya? Bagaimana orang lain melihatnya? dan pertanyaan-pertanyaan lain untuk menemukan jati diri. Jadi bagi kalian yang mau mencoba membantu aku menemukan jawaban-jawabannya, let me know yaaa.


Peka dan (terlalu) perasa

Sering aku merasa terlalu memikirkan hal-hal yang kadang dianggap biasa oleh orang lain menjadi sesuatu yang penting dan butuh perhatian -sayangnya kadang berlebihan-. Menjadi peka bukan suatu yang buruk menurutku, tapi menjadi terlalu perasa kadang merepotkan juga. Aku bisa memikirkan sesuatu – terlebih jika aku terlibat di dalamnya – untuk waktu yang lama. Jika hal itu adalah sesuatu yang menyedihkan atau suatu kesalahan, aku bisa terus-menerus menyalahkan diri sendiri. Mungkin ini juga yang membuat aku gampang sekali menangis – paling tidak aku mudah sekali bersedih -. Pernah suatu waktu, seorang teman berkata yang membuat aku tersinggung, karenanya ku balas perkataan itu dengan perkataan yang kurang menyenangkan juga. Setelahnya aku merutuki diri sendiri kenapa harus berlaku demikian. Jadi aku mencoba minta maaf, dan ternyata dia bahkan lupa dengan perkataanya – dan perkataanku -. Bukan masalah, katanya. Aku mulai belajar, untuk tidak selalu menyalahkan diri sendiri atas kehidupan orang lain. Bukan untuk menghilangkaan kepekaan, tapi mencoba untuk apa-apa tidak ‘baperan’. Susah sih, tapi semoga bisa ya.

Kaku dan tepat waktu.

Soal waktu aku akan sangat kaku, ekstremnya lagi aku bukan orang yang ‘tepat waktu’ tapi sering ‘sebelum waktu’. Aku tidak ingin membuat orang lain menunggu -karena aku juga tidak suka menunggu- maka aku selalu berpikir datang lebih awal dari waktu janjian, dengan asumsi tepat saat waktu janjian itu kegiatan bisa dimulai. Tapi kebanyakan orang-orang justru datang lewat waktu janjian, dengan berbagai alasan. Sebal!

Sebenarnya, perkara tepat waktu ini tidak selalu membuat aku disiplin dan pandai dalam mengatur waktu. Aku masih sering menunda, tidak menjalankan rencana, dan beberapa keburukan lain terkait waktu. Tapi, sebisa mungkin jika hal itu berhubungan dengan orang lain, aku usahakan untuk selalu memenuhi janji sesuai waktunya. Yaaa, namanya kehidupan tidak melulu seperti yang aku inginkan, sekarang aku mencoba untuk lebih kompromi perkara pemenuhan janji ini -sekedar kompromi ya, tidak menyetujui atau bahkan mengikuti-. Aku akan sangat menghargai jika sekiranya akan terlambat, tolong berkabar supaya aku tidak perlu membuang waktu hanya untuk menunggu, ya walaupun tetap kesal sih karena rencana lain yang sudah kususun akan tergeser -atau berubah- karena keterlambatan ini. Memang sekaku itu aku sama waktu. Jadi please yuk saling menghargai waktu, menganggap setiap orang punya kesibukan bukan cuma kamu.

Mudah tertawa dan terpesona.

Sebagai seorang yang benci kesendirian *cielah* aku senang ngobrol dan berinteraksi dengan orang lain. Mungkin karena aku dominan sebagai ekstrovert juga, sumber energiku banyak didapatkan dari luar. Nah, salah satu tujuan interaksi itu aku ingin mencari kebahagiaan. Penyeimbang karena aku mudah sedih, aku juga harus mudah bahagia dan benar ternyata aku mudah tertawa terutama saat sedang ngobrol-ngobrol dengan orang lain. Sering kali aku dicap ‘receh’ karena jokes garing pun bisa membuat aku tertawa, lihat orang lain tertawa pun bisa mudah tertular. Semudah itu memang cara untuk mengembalikan mood. Makanya kadang kalau sudah lelah dengan kesedihan dan tidak bisa berinteraksi dengan orang lain aku sering nonton video-video stand up komedi, sekedar melepas penat dan membuat kembali semangat.

Yang satu ini cukup mengherankan bagi orang lain sepertinya. Aku mudah sekali untuk kagum dengan seseorang -atau sesuatu-, bermacam-macam alasannya. Jika orang lain butuh waktu lama untuk bisa suka dengan seseorang -atau sesuatu- karena harus dekat dulu, aku bisa dalam sekejap mata pun kagum dan terpesona. Tidak berhenti di situ saja, kadang kalau hal-hal tersebut cukup banyak menark perhatian dan susah dilupakan aku akan menghabiskan cukup banyak waktu dan tenaga cuma sekedar ‘mencari tahu’ tentang alasan kekaguman itu. Mungkin ini juga suatu cara untukku melupakan hal-hal yang menyedihkan dengan sibuk melakukan hal-hal yang menyenangkan.

Malas berdebat dan cinta perdamaian.

Dulu, kata orang tuaku -dan ku sadari juga- aku katanya orang yang keras kepala. Tapi sekarang sepertinya sifat itu mulai berkurang, meski tidak sepenuhnya hilang. Nah, sekarang aku justru sangat menghindari perdebatan, tak jarang mengalah karena malas saja memperpanjang obrolan yang tak berkesudahan. Terlebih, orang lain memang tidak bisa ku kendalikan jadi ya sudah aku sebisa mungkin tidak dengan sengaja memancing keributan. Kadang ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan keinginan memang, tapi daripada memaksa lebih baik aku menyimpan sendiri. Mencoba menangani dan menyelesaikan -jika menjadi masalah- sendiri dulu.

Sepertinya sifat-sifat itulah yang bisa ku ceritakan. Sifat-sifat yang menjadi dominan -paling tidak untuk sekarang -, ada yang baik tapi ada juga buruknya. Sejauh ini aku bisa menggambarkan diriku seperti itu, karena sesungguhnya juga aku masih mencoba memahami diriku sendiri ini. Jadi, setelah membaca tulisan ini kalian juga bisa berpendapat ‘siapa aku’. Aku juga penasaran seperti apa aku dalam pandangan kalian, maukah kalian menceritakannya?

Day 1: Describe your personality